Sabtu, 13 Juni 2009

Life in Freedom

Apakah hidup dalam kebebasan itu? Apakah kita masih berpikir hidup bebas berarti dapat melakukan apapun juga? Atau dapat terbang bebas seperti burung? Uppss… klo kita masih berpikir demikian, wew… maafkan saya jika harus berterus terang, it’s a childish, right?
Freedom adalah kebebasan, berarti kita memiliki tanggung jawab yang baru. Banyak orang menantikan suatu kebebasan, tetapi ketika kebebasan itu datang, o..oow. Seberapa banyak orang yang malah bersyukur mendapatkan kebebasan. Reaksi umum saat menerima kebebasan adalah kaget akan perubahan.
Mari kita membayangkan…, bagaimana perasaan orang Israel ketika mereka baru saja masuk ke tanah perjanjian. Hmmm… Kita tau bersama, itulah kebebasan yang sebenarnya untuk mereka. Mereka terbebas dari penjajahan, mereka sudah dapat menentukan hidup sendiri, bahkan menu makanan yang baru. Selama ini kan menu makanan mereka adalah manna. (Mungkin…. manna rebus, manna tumis, manna goreng, manna cah gagak…). Tiba-tiba, mereka harus menerima kenyataan…. Sejak mereka masuk ke tanah perjanjian, tidak ada lagi manna (Yosua 5:12). Mereka harus bekerja, bercocok tanam. Mereka harus mulai menabur, menunggu dan menuai.
Bayangkan saja mereka yang lahir di padang gurun, mereka sudah terbiasa tidak perlu menabur dan menuai apalagi menunggu. Bayangkan lagi 40 tahun ga kerja, sekarang… harus kerja. OMG! Saatnya mereka mulai belajar mengelola kebebasan yang sebenarnya itu. Bisa juga dibayangkan seorang anak remaja yang merasa risih tinggal di rumah ortu sendiri karena harus mengikuti peraturan yang dibuat oleh ayahnya. Mereka pasti ingin bebas, punya rumah sendiri, bisa melakukan apa saja. Hmm… pasti sudah terbayang kelakuan si anak terhilang. (Luk 15:11-32)
Si anak bungsu ingin bebas, menerima harta, menjualnya dan berfoya-foya. Wew… si bungsu tidak mengelola kebebasannya, apa yang didapatnya? Kemelaratan. Sampai akhirnya dia sadar dia perlu kembali ke payung otoritas sang ayah. Alkitab tidak menjelaskan seberapa lama dia hidup melarat, tetapi kita tau kemelaratannya akibat dari tidak bisa mengelola kebebasan.
Ketika manusia diciptakan, Tuhan sudah menyediakan semuanya untuk manusia, bahkan Tuhan memberikan kebebasan untuk mengelola. Tanah sudah menanti manusia untuk dikelola (Kej 2:5 – belum ada yang mengusahakan tanah itu). Tuhan tidak membuat robot, atau sebuah program yang bisa menyembahNya kapan saja. Justru Tuhan memberikan kuasa (dominion = memimpin, mengontrol, menjaga, menjadi pengurus/ steward), seolah-olah Tuhan mau berbagi kuasa dengan manusia, supaya manusia punya visi yang sama dengan Tuhan. (Kej 1:26).
Tuhan Yesus juga menawarkan suatu kebebasan kepada orang Yahudi di Mat 11:28-30. Kebiasaan orang Yahudi adalah melakukan segala hukum dan tradisi nenek moyang (Kis 15:10) tanpa cacat cela, contohnya adalah Petrus (Kis 10:14). Tuhan Yesus berkata, “Apakah kamu capek, lelah dengan peraturan agama. Datanglah padaku, Aku akan tunjukkan bagaimana caranya beristirahat yang benar-benar istirahat. Yuk.. jalan bersamaKu, kamu kerja buat Aku saja. Pertama… kamu lihat Aku dulu bagaimana Aku melakukan pekerjaannya, setelah itu baru kamu yang melakukannya. Kamu bisa belajar dariKu. Aku ga akan memberikan seuatu/ perkerjaan yang memberatkanmu dan menyakitimu, harus yang cocok denganmu. Tetaplah bersamaKu supaya kamu belajar hidup dengan bebas dan enteng”.
Kebebasan yang Yesus beri adalah kebebasan bersyarat, yaitu “pikullah kuk (yoke)…”, yang berarti adalah tanggung jawab yang baru, cara yang baru. Kuk yang lama adalah kuk perhambaan dari tuan yang lama yaitu hukum keagamaan dan tradisi. Yesus menawarkan sesuatu yang berbeda, kuk tidak berat dan yang pasti yang cocok dengan masing-masing pribadi, yang dimana tuannya adalah Yesus sendiri. Syarat untuk bebas dari ‘tuan’ atau ‘kuk perhambaan’ yang lama adalah tinggalkan kuk itu dan datang kepada Yesus, kenakan/ pakai kuk yang Yesus berikan. Tetapi kita tetap memakai kuk, yaitu tanggung jawab. Kita harus bertanggung jawab atas keselamatan/ kebebasan yang telah Yesus berikan.
Bebas itu berarti menerima tanggung jawab baru. Bangsa Israel terbebas dari penjara Mesir, mereka harus menerima tanggung jawab baru mengusahakan tanah perjanjian itu. Anak yang bungsu ketika bebas dari ‘tahanan rumah’ menerima harta, seharusnya mengelola harta yang diterimanya itu. Manusia diberi kebebasan makan apa saja di Taman Eden, asal jangan buah pengetahuan. Berarti kebebasan itu selalu ada syaratnya supaya berhasil.
"Are you tired? Worn out? Burned out on religion? Come to me. Get away with me and you'll recover your life. I'll show you how to take a real rest. Walk with me and work with me—watch how I do it. Learn the unforced rhythms of grace. I won't lay anything heavy or ill-fitting on you. Keep company with me and you'll learn to live freely and lightly." (Mat 11:28-30 terjemahan The Message).
Sering kita merasa lelah dan letih dalam melayani Tuhan. Kadang-kadang kita sudah terperangkap dalam keagamawian, program gereja yang tadinya memang bertujuan baik, namun lama-kelamaan sudah dijadikan ritual yang ternyata eh ternyata Tuhan sudah tidak berkenan akan apa yang kita lakukan, alias Tuhan tidak ada di situ lagi. How terrible? Kita tidak lagi melayani Tuhan, tetapi hanya melayani pekerjaan Tuhan.
Suatu kali teman saya menasehati saya dan mengingatkatkan saya, “ Melayani Tuhan adalah saat kita membangun mezbah pribadi kita, saat kita di gereja atau dalam suatu pelayanan, kita sedang melayani manusia (melayani pekerjaan Tuhan)”. Saat kita membangun mezbah pribadi, persekutuan pribadi, hanya antara diri kita sendiri dan Tuhan, di saat itulah kita bisa tau bagaimana seharusnya kita melayani Bapa kita itu. Apa maunya Bapa, perlakuan seperti apa yang diinginkanNya.
Saat seperti itulah kita dapat curhat bebas, bahkan hanya untuk berkata, “Bapa aku capek, aku dah lakukan semua… apa lagi Bapa? Hahh…”. Inget perkataan Yesus, “Watch how I do it”. Ketika kita berkata, “Tuhan.. aku ga bisa!”. Tuhan ga bakal membuang kita, bahkan Dia bilang, “Lihat Aku, Aku kasih tau gimana caranya”.
Saat kita bilang, “Tuhan, lihat apa yang mereka lakukan terhadap aku, mereka menghinaku!”. Yesus akan berdiri antara kita dan orang yang menghina kita itu, Dia yang menerima hinaan itu terlebih dahulu, kita hanya sembunyi di belakang tubuhNya.
Saat kita bilang, “Sudah cukuuuppp… aku ga bisa mengampuni dia!!”. Tuhan Yesus bilang, “tunggu di sini, lihat gimana cara mengampuni”. Lalu Yesus naik ke kayu salib itu dan merentangkan tanganNya, “gini caranya… Aku mengasihi kamu… aku mengampuni kamu!”.
Saat kita berkata, “ Aku sendirian, tidak ada seorangpun yang mau menemaniku!!”. Yesus akan berkata, “ Walk with me!”.
Lihatlah apa yang telah Tuhan Yesus lakukan buat kita. Dia tawarkan suatu kebebasan bertanggung jawab kepada kita. Suatu kuk yang tidak membebani kita, kuk yang kita pikul namun seperti tidak memikul kuk/ beban, ringan dan pas buat kita. Itulah hidup dalam kebebasan.
(iyut)