Selasa, 15 Juni 2010

Kebaskan! Naik ke tempat yang lebih tinggi!!

Banyak sekali orang yang takut gagal. Akibatnya tidak melakukan apa-apa. Kegagalan buat orang terpuruk dan menyesal.Padahal kegagalan adalah suatu keharusan yang pasti terjadi. So, what can we do? Ya berarti kita harus bersiap menghadapi kegagalan.

Bagaimanakah perasaan orang-orang Israel ketika berjalan ditanah kering yg dibelah oleh Musa. (Kel 14:21) Apakah mereka tidak merasa akan gagal. Apakah air yang membentuk dinding itu tidak menyiprat mereka ketika mereka jalan mendekatinya? Tetapi mereka focus sehingga berhasil menyebrangi Laut Teberau yang terbelah itu. Apa yang mereka lakukan? Hanya mengebaskan air yang mengenai jubah mereka dan berlari.

Glowers, apakah kamu sedang takut gagal? Bagi orang-orang yang belajar, pasti akan menemukan kegagalan, namun siapkah mentalmu berhadapan dengan kegagalan? Siapkanlah dirimu. Kebaskanlah kegagalanmu hari ini, tinggalkan saja! Dan naiklah ke tempat yang lebih tinggi. Berlarilah menuju pada tujuanmu.

Mencarii....

Carilah maka kamu akan mendapat....

Di dalam hidup ini, aktifitas sehari-hari kita selalu diperhadapkan dengan 'mencari'. Mencari uang, mencari jodoh, mencari ilmu, dan bagian yg terpenting adalah mencari arti hidup. Mencari Tuhan adalah bagian dari mencari arti hidup. Saat kita mendapatkan sesuatu sepertinya kita menemukan bahwa "wahh.... Hidup gw berarti nih".

Tidak banyak orang yg suka dengan 'mencari' krn sangat dibutuhkan usaha, keringat dan pergumulan yg sedemikian. Saat 'mencari' banyak orang mengeluh "gw capek man...", byk org menjadi kesal. Tapi itu adalah bagian dari ritme hidup yg tdk bisa kita hindari, manusiawi, normally, so enjoy it, don't miss it.

Glowers, alkitab berkata "carilah" maka akan mendapat. Sadarkah kita 'mendapat' itu adalah sebuah akibat. Artinya saat mencari itulah yg paling penting. Kata ajakan "lah" berarti order, perintah. Perintahnya bukan "dapatkanlah" tetapi "carilah". Esensinya ada pada saat mencari. So... Sadarilah bahwa Tuhan ada di setiap perintah yg Dia berikan, Dia pasti memberikan kita kekuatan, kemampuan, asalkan kita mau melangkah utk mencari. Apa yg kau cari? Depend on you guys, hanya langkahkan niatmu, kakimu. God will be with you all the way.

Jangan Takut!

2Tim1:7

Tuhan tidak pernah memberikan kita roh ketakutan. Roh, berarti nafas/spirit/ hidup/semangat. Berarti Tuhan tidak pernah menghidupkan ketakutan dalam diri kita. Ketakutan adalah respon. Jika respon kita baik, maka kita tdk takut, jika respon kita tdk bisa menguasainya maka kecemasanlah yg jadi teman. Hikss... :(

Ingatkah kalian, ketika belajar biologi pertama kali, selalu diajarkan ciri-ciri makhluk hidup, salah satunya adalah dapat menerima rangsangan. Karna daya rangsang inilah kita dapat melakukan sesuatu tindakan/ respon. Ketika kita sakit, respon kita adalah ingin sembuh, dan mencari cara utk sembuh. Ketika dipukul, kita kaget, mgkn reaksi/ respon kita adalah memukul balik. Dengan kata lain, daya rangsangan adalah "sign" atau sesuatu yg membuat kita aware. Sepertinya rangsangan ini bagian pertahanan terluar tubuh, seperti satpam.

GLOWers, tidak semua org mempunyai daya rangsang yg bagus, bersyukurlah jika kamu memilikinya. Ketakutan adalah reaksi kita terhadap 'sentuhan' dgn apa yg terjadi di luar tubuh. Takut bukan berarti buruk, itu hanya reaksi pertama, tetapi kemudian apakah reaksi kita? Jika kamu tdk dapat mengendalikan ketakutan itu, maka ia akan menjadi musuhmu! So, jika ada org berkata kepadamu, "jangan takut", itu berarti "hadapilah ketakutanmu, kendalikanlah ketakutanmu". Apa reaksimu?

Iman saja tidak Cukup!

2Pet1:5-7

Kitab Ibrani mengatakan bahwa iman adalah dasar akan apa saja yg kita harapkan. Sewaktu kita berdoa kita percaya Tuhan mendengar doa kita. Ada jarak watu antara kita berdoa meminta kepada Tuhan dengan jawaban doa itu kita terima. Sepanjang kita menantikan jawaban doa, di situlah iman bekerja. Atas dasar apa kita percaya? Iman kepa Kristus.

Beriman kepada Kristus itu adalah baik sekali. Namun Petrus menjelaskan tdk cukup iman utk hidup menjadi berkat di dunia, utk menjadi terang. Iman hanyalah tingkat terendah dari hubungan kita dengan Tuhan. Di dunia kita juga perlu utk berhubungan dengan sesama manusia. Utk itulah kita belajar kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih thd sesama dan kasih kpd semua org.

Kitab Lukas 17 menjelaskan bahwa utk mengampuni org tidak diperlukan tambahan iman. Karena Iman itu hanya utk fondasi, dasar saja. Jika iman saja tdk cukup utk kita membawa org kepada Kristus, betapa kita harus bekerja lebih keras lagi utk Kristus yg telah menyelamatkan kita. Kristus adalah dasar kita, fondasi kita, alasan kita utk melakukan segala perbuatan baik. Iman itu harus kita buktikan melalui perbuatan kita, itulah yg dpt membawa org kpd Kristus.

Mengenal Dia

Yoh 1:20 "...Yohanes berkata: Aku bukan Mesias".

Mengapa Yohanes Pembabtis lebih populer daripd Yesus? Mengapa org2 pada zaman itu lebih suka kalau Yohanes yg jadi Mesias, bukan Yesus sendiri? Semua org Yahudi pada wkt itu menanti-nantikan Mesias, bahkan ada jug sampai sekarang org Yahudi yg menantikan Mesias, tetapi mereka tdk mau percaya akan Yesus yg sudah lahir sebagai Mesias. Sangkin takutnya mereka akan pribadi Yesus yg mereka pikir tidak layak jadi Mesias ini, mereka bunuh Yesus, mereka tdk sadar telah menggenapi kitab2 Nabi2, mereka telah menyesah Yesus.

Apa bedanya mereka Yahudi pada zaman dulu dengan kita sekarang, yg secara roh diakui sebagai turunan Abraham yg layak menerima berkat Abraham. Bagaimana sikap kita terhadap Kristus yg telah lahir bagi kita? Apakah kita sdh benar2 mengenal Dia. Bagaimana jika suatu waktu Dia berjalan di sebelah kita seperti 2 murid Emaus di Luk 24? Apakah kita mengenal suaraNya yg khas itu? Saya pikir, Yohanes lebih byk menyenangkan murid2nya dengan melakukan mujizat2 spektakuler, tetapi Yesus melakukan mujizat berdasarkan kebutuhan org, bukan keinginan yg mau melihat hal2 spektakuler.

Glowers, sampai sejauh manakah pengenalanmu akan Kristus yg kau sembah itu. Jangan sampai kekristenanmu hanya warisan orang tua saja. Apakah yg kau inginkan hanya mujizatNya atau pribadiNya?

Belajar Mendengar

Yak 1

Mendengar adalah memberikan telinga kita dan pikiran kita beserta indra pendukung lain untuk org lain. Tujuannya adalah menyamakan persepsi, mengerti apa maksud dan tujuan si pembicara. Jika persepsi si pendengar dan si pembicara sama, maka masing-masing kebutuhan dapat dipuaskan.

Mendengar bukan pekerjaan mudah. Walaupun secara kita tau telinga dah nyantel sejak kita tercipta menjadi wujud manusia, namun utk mendengar dibutuhkan konsentrasi dan kemauan utk mendengar. Banyak bunyi (yg frekuensinya dpt ditangkap manusia), namun tdk semua bunyi kita butuhkan. Mendengar Firman Tuhan juga dibutuhkan konsentrasi. Jika kita setuju dengan sang pembicara, kita melakukan sesuai dengan persepsinya tersebut. Masalahnya tidak semua perkataan si pengkotbah mau kita dengarkan, hasilnya kita kehilangan pesan Tuhan untuk kita.

GLOWers, kita butuh belajar mendengar FirTu, baik yg dikotbahkan ataupun yg langsung kita dengar dari Tuhan. Sekian lama kita hidup menjadi org kristen, berapa banyak FirTu yg sudah kamu dengar dan lakukan. Sekian lama kita berdoa, pernahkah kita mendengar suaraNya langsung, sebagai respon komunikasi kita denganNya? Mintalah kepada Tuhan supaya kamu bisa mendengarkan suaraNya. Tetap setia mendengarkan Dia, dimanapun kita berada saat Dia ingin berbicara.

Kehormatan

"Mahkota orang tua adalah anak, kehormatan anak adalah moyangnya"

Generasi ini banyak mengeluh akan keadaan zamannya. Anak2 terang juga terkontaminasi oleh pergaulan. Yukk anak2 terang bangkit, menempati tempatmu yg sesungguhnya, menjalankan valuemu yg sesungghuhnya.

Anak2 terang harus bisa hidup menghormati generasi sebelumnya. Siapa yg tdk bisa menghormati ortunya, generasi sebelumnya berarti menghancurkan kehormatannya sendiri. Menghancurkan diri sendiri berarti menghancurkan bangsanya sendiri.

Glowers, memang banyak hal tidak enak datang kepada kita sebagai anak2 terang. Namun itu adalah sebuah konsekuensi menjadi kepala bukan ekor. Kamu adalah pemimpin di generasimu ini. Jadilah yg terbaik maka org2 yg mengikutimu menjadi baik juga, sehingga bangsa ini menjadi bgs yg baik juga. Hormatilah pejuang2, org tua, generasi sebelum kamu, jgn sesali n frustasi akan kesalahan yg mereka wariskan, tetapi mengucap syukur sambil memperbaikinya.

Senin, 05 April 2010

Diperlengkapi untuk diutus

“Terimalah Roh Kudus” Yoh 20:22

Ketika Tuhan Yesus berada di antara murid-murid sesudah Ia bangkit, tiba-tiba murid-murid sadar akan kehadiranNya dan menyembah Dia dalam kekaguman. Kemudian Yesus menunjukkan tangan dan lambungNya dan murid-murid sangat bersukacita akan hal itu. Sebelum mereka membawa berita sukacita ini kepada saudara-saudara yang lain, di tengah keriuhan reunian ini, Yesus mengembuskan Roh Kudus kepada murid-murid.

Dalam bahasa Inggris disebut, “receive ye the Holy Ghost”. Yesus mengembuskan source of influence, supaya murid-murid dapat menjadi leader dimanapun mereka berada. (Salah satu syarat leader adalah mempunyai pengaruh/ influence). Kata “terimalah”, berarti mengandung makna perintah, dan pihak lain harus menanggapi untuk atau mengambil tindakan untuk “mengambil”.

GLOWers, Ul 28:13 berkata “Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan ekor”, tetapi ini tidak otomatis, ada syaratnya, hanya jika kita mendengarkan dan melakukan apa yang Tuhan perintahkan. Jika kita bersedia, Tuhan akan memperlengkapi kita dengan Roh Kudus untuk kita diutus menjadi leader untuk dunia ini, untuk sekolahmu, untuk kampusmu, untuk keluargamu, untuk market place.

All Hail!

“Salam bagimu” Mat 28:9
“Damai sejahtera bagimu” Yoh 20:21

Sesudah Yesus bangkit dari kubur, Ia menampakkan diri beberapa kali kepada murid-muridNya dengan cara yang unik dan berbeda. Suatu ketika Yesus dalam tubuh kemuliaan yang tak terbatasi oleh ruang tiba-tiba berada di antara kesebelas murid dan menyampaikan pesan penting “Salam bagimu” atau “ Damai sejahtera bagimu”, atau dalam terjemahan lain, “shalom”.

Pesan ini berarti supaya penerima pesan bersukacita dan mempunyai damai sejahtera. Damai sejahtera yang dimaksud adalah hidup dalam keadaan selamat, sehat, berkelimpahan dan makmur. Tuhan Yesus telah bangkit dari kubur mengalahkan maut supaya kita dapat menikmati sukacita, keselamatan, kesehatan, kelimpahan dan kemakmuran.

Temans, Tuhan Yesus bangkit membawa pesan damai sejahtera buat kita, terimalah kuasa kebangkitan Yesus supaya kita mengerti bagaimana cara memperoleh/ mengusahakan damai sejahtera kita (Luk 19:42). Damai Sejahtera itu sudah diberikan, ada ditengah kita namun adalah keputusan kita untuk menerimanya atau tidak, karena salam itu dapat kembali jika tidak diterima (Luk 10:6).
(R'Tom)

Kamis, 01 April 2010

Sudah Selesai!

Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Yoh 19:30
Di atas kayu salib, sebelum Yesus menyerahkan nyawaNya kepada Bapa, Yesus mengatakan “sudah selesai”. Apa yang sudah selesai? Dalam bahasa Inggris (dalam beberapa terjemahan spt KJV, NIV, RV, NASB), “It’s finished”. Dalam terjemahan LITV ditulis, “It has been finished”, yang menunjukkan Yesus benar-benar yakin berkata, “baru saja selesai”. Terjemahan NET mengatakan, “It’s completed”. Dalam bahasa Greek “teleo”, berasal dari “teleios” yang berarti mencapai akhir, tujuan.
Mengapa Yesus berkata “It’s finished”, mengapa bukan “I am finished”, bukankah nyawaNya terputus setelah itu? Perhatikan di sini, “it” adalah kata benda, yang berarti di sini adalah tugas/ pekerjaan/ tanggung jawab. Kata “finished” menerangkan “it”. Saya kagum dengan Yesus. Dia yakin betul bahwa semua tugas yang harus dilakukanNya sudah benar-benar selesai. Banyak orang yang cepat masuk liang kubur tanpa yakin telah benar- benar menyelesaikan tugasnya di bumi. Bukan hanya itu, orang yang masih hidup pun tidak begitu yakin apakah ia melakukan ‘pekerjaan’/ ‘tanggung jawab’ yang seharusnya ia kerjakan di bumi.
Ketika Tuhan menciptakan langit dan bumi, Dia berfirman dan semuanya itu jadi. Tetapi ketika Tuhan berfirman “beranak cuculah dan bertambah banyak…”, firman ini tidak langsung menjadi kenyataan. Ketika Tuhan menciptakan Adam, Ia menghembuskan nafas hidup untuk Adam. Ada potensi Allah yang dititpkan Allah untuk manusia. Potensi yang diberikan Tuhan kepada setiap manusia tidaklah sama. Potensi itu seperti benih yang Tuhan tabur, kita manusia adalah tanahnya dan Tuhan juga yang memberikan hujan, Tuhan yang memberi pertumbuhan tetapi kita lah yang harus mengusahakan tanah itu (Kej 2:5).
Dalam Matius 5:48 “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.". Kata “sempurna” di sini menggunakan kata “teleios” yang juga berarti komplit, full-grown alias dewasa. Memang benar hanya Tuhan yang sempurna, tetapi Tuhan menginginkan kita untuk menjadi sempurna/ dewasa. Orang yang dewasa dapat menyelesaikan tanggung jawab yang diberikan padanya, orang yang dewasa dapat menemukan tujuan hidupnya dan orang yang dewasa “wanting in nothing”.
Temans, jangan sia-siakan hidupmu. Potensi apapun yang Tuhan titipkan kepada dirimu, kerjakanlah itu. Kita yakin Tuhan beserta kita, just do it, do your best. Ingat “langkah kaki orang-orang yang dikasihi-Nya dilindungi-Nya” (1 Sam 2:9). TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya (Mzm 37:23). Hanya orang yang ‘melangkah’ yang akan diberkati, bukan orang yang diam statis. Jadilah terang (kalos = excellent), sampai ajal menjemput, kita dapat berkata “it’s finished”. Happy Passover. GBU.

Jumat, 08 Januari 2010

Talenta

TALENTA
Mat 25:14-30

Apakah talenta itu? Talenta adalah ukuran timbangan di Timur Tengah, pada zaman alkitab sebesar 3000 syikal (sekitar 34 kilogram). Dalam Perjanjian Baru, 1 talenta merupakan ukuran jumlah uang yang sangat besar nilainya, yaitu 6000 dinar. Satu dinar adalah upah pekerja (kebun anggur) dalam sehari (Mat 20:2).

Setiap hari kita diperhadapkan dengan keuntungan vs resiko, kemalasan vs kemiskinan, kerajinan vs kekayaan, keberuntungan vs kesialan. Bahkan hari sial juga diijinkan Tuhan unruk terjadi. Setiap hari kita harus mengambil keputusan apa yang harus kita lakukan dalam seharian itu. Bahkan hal mood baik atau mood buruk juga kita yang tentukan. Itulah bagian yang menjadi tanggung jawab kita setelah Tuhan telah melakukan bagiannya untuk kita. Setiap Firman Tuhan yang Tuhan berikan selalu melibatkan ‘apa yang akan Tuhan lakukan bagi kita’ dan ‘apa yang harus kita lakukan’.

Setiap orang telah Tuhan titipkan ‘modal dasar’ untuk menjalankan hidupnya, dapat berupa bakat, kemampuan, talenta, apakah seseorang itu pandai bicara, apakah seseorang itu jago dalam hal berpikir, berhitung, membuat konsep, pekerja bahkan hanya ahli dalam hal bermimpi. Setiap orang diberikan ‘seed of greatness’ yang berbeda-beda. Jika hal ini dapat kita sadari di dalam suatu keluarga, komunitas, perusahaan ataupun gereja, perbedaan seperti ini adalah kekuatan yang luar biasa. Setiap orang mempunyai bagiannya sendiri-sendiri. Tidak semuanya bisa berbicara kepada orang seperti layaknya sales, penginjil, tetapi ada orang yang yang hanya membuat konsep. Bagi dirinya berpikir adalah suatu pekerjaan. Di dalam gereja ada yang mengkhususkan diri hanya sebagai pembrita Firman Tuhan (Kis 6:2), ada yang hanya sebagai pelayan meja, langsung terjun ke masyarakat atau jemaat. Tentu saja semua itu Tuhan jadikan untuk kebaikan.

Rasanya tidak adil, jika orang tua hanya menganggap pintar seorang anak yang jago matematika saja. Tidak adil juga bagi seorang anak yang suka bicara dianggap nakal. Seorang guru di sekolah menganggap anak yang kinestetik itu nakal, bukankah itu aneh? Padahal setiap orang tua pernah berdoa agar Tuhan memberikan anak yang terbaik yang akan dia lahirkan di keluarganya. Ini semua hanya tergantung dengan bagaimana kita mengelola berkat Tuhan, yang kita minta sebagai “yang terbaik” dari Tuhan. So do not complain.

Kembali kepada talenta. 1 Talenta = 6000 dinar. Dan 1 dinar adalah upah minimum regionalnya (karena upah ini diberikan kepada pekerja kebun anggur). Kita akan berbicara tentang UMR (Upah Minimum Regional). Misalnya saja di Indonesia, Jakarta, ada orang yang menghitung (berdasarkan harga minyak dunia) Rp 900.560/ bulan, katakana saja Rp 30.000/ hari. Mari kita berhitung…. Mari kita lihat mengapa seorang tuan yang menitipkan talenta kepada hamba-hambanya itu marah ketika mendapati seorang yang dititipkan 1 (satu) talenta itu tidak mengelola talenta/ uang tersebut. Sebegitu kejamkah tuan itu? Jika tuan itu dianalogikan sebagai Tuhan, sekejam itukah Tuhan?
Uang yang dititipkan itu jika diberikan kepada orang Indonesia,
• Untuk yang satu talenta:
1 talenta x 6000 hari kerja x Rp 30.000 = Rp 180.000.000
• Untuk yang dua talenta:
2 talenta x 6000 hari kerja x Rp 30.000 = Rp 360.000.000
• Untuk yang 5 talenta:
5 talenta x 6000 hari kerja x Rp 30.000 = Rp 900.000.000

Wow… banyak yaaa!! Bisa kita bayangkan uang sebegitu banyak, Rp 180 juta hanya disimpan di bank, belum lagi kalau banknya diliquidasi, habislah. Pernahkah kita mempunyai mimpi menjadi produsen bukan konsumen? Pernahkahn kita berpikir untuk melakukan sesuatu untuk Negara ini, tidak hanya numpang menerima subsidi saja, tetapi bisa menjadi berkat menjadi bangsa ini? Seharusnya orang Kristen dapat ‘mencipta’ bukan hanya menikmati hasil ‘cipta’ orang lain. Bukankah Tuhan kita adalah Tuhan Allah yang kreatif, seharusnya kita yang percaya kepadaNya juga dapat melakukan hal-hal yang besar bersamaNya, memakai namaNya yang ajaib dan menjadi luar biasa bersama denganNya. Seperti wajar Tuhan marah kepada hamba yang malas itu.

Ingat, Tuhan menitipkan ‘benih’ yang luar biasa itu di dalam diri kita. Alkitab mengatakan iman sebiji sesawi atau biji sawi dapat memindah gunung. Asalkan iman itu disiramin, diberi makan dan diberi lahan yang baik untuk bertumbuh. Bagaimana jika kita adalah biji sawi itu? Bukankah kita perlu disirami, kita perlu lahan yang subur, kita perlu nasihat-nasihat, kita perlu didikan, siraman rohani dan jasmani, terutama kita butuh makanan. Tanpa makanan kita tidak dapat ikut dalam pengalaman rohani juga.

Bukan hanya itu saja Dia beserta dengan kita. Tuhan melihat kita dalam segala kesukaran kita (Mark 6:48). Ia akan sengaja melewati kita untuk memastikan kita dalam keadaan baik-baik saja, walaupun Dia tau betapa ahlinya kita melakukan pekerjaan kita itu. Padahal dalam peristiwa sebelumnya di Mark 4:39-40, Yesus sudah mentraining mereka -- para murid, setidaknya Yesus sudah mengajari bagaimana cara mereka menghadapi badai di saat mereka para professional kelautan sudah menyerah, “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?”.

Kemudian pada peristiwa angin sakal berikutnya, Yesus yakin bahwa mereka pasti bisa melewati angin sakal itu, karena mereka sangat professional dan juga mereka sudah ditraining sebelumnya. Namun demikian, Yesus tetap mengechek keadaan mereka apakah mereka baik-baik saja menghadapi angin sakal? Haha… sayangnya mereka gagal karena tidak mengenal Tuhan, tidak mengenal Yesus, bukan karena menghadapi angin sakal. Mereka lolos menghadapi angin sakal, tapi gagal ketika ‘menganggap’ Yesus sebagai pribadi yang lain, Hantu. Tetaplah ingat Yesus dalam keberhasilan kita, kenalilah Tuhan kita, Dia tidak pernah meninggalkan kita sekalipun Dia tau kita sangat professional di bidang kita, sekalipun kita berada pada tempat dan waktu yang tepat.

Kembali ke hal talenta. Di dalam Matius 18:21-35. Ada kisah dua orang hamba yang berhutang, yang satu berhutang 10.000 talenta. Dan yang satu berhutang 100 dinar saja. Perbandingannya 1:600.000. Mari kita lihat perbadingannya, seandainya kasus ini terjadi di Indonesia:
• 10.000 x 6000 = 60.000.000 dinar atau 60.000.000 hari kerja atau 164.384 tahun. Jika seandainya 1 (satu) generasi – jarak umur antara orang tua dengan anak adalah 30 tahun, maka ada 5.479 generasi yang harus bekerja kepada tuannya, masing-masing 15 tahun. Atau jika hamba tersebut mempunyai anak 10 saja dalam tiap generasi, maka hutangnya dapat selesai dalam 16 tahunan, tiap orang dalam 4 generasi harus bekerja pada tuannya paling tidak 16 tahun, itupun harus setiap hari kerja. (Hitungannya 164.384 tahun/ 104 = 16,4384 tahun). Atau si hamba ini harus memproduksi lebih banyak anak, supaya hutangnya bias cepat lunas. HUtang apakah dia ini sampai 60.000.000 x Rp 30.000 = Rp 1.800.000.000.000. Wew… ini hutang Negara atau organisasi euy. Atau si Hamba ini hutang judi kah? Tapi ajaibnya… Sang Tuan membebaskan hamba tersebut dari hutang 4 generasi itu. Whattt???? Lohh.. koq enak yaa?
• Hamba dari Hamba dari tuan yang membebaskan hutang itu punya hutang 100 dinar saja, alias 100 hari kerja. Hanya 100 hari kerja, kira-kira 4 bulan saja (1 bulan = 25 hari kerja). Tetapi si hamba yang baru dibebaskan dari hutang ini memasukkan hambanya dalam penjara. Oo.. bagaimana bias melunaskan hutang bila dipenjara? Bagaimana bisa bekerja? Bukankah artinya si hamba yang jahat ini dendam sama sekali dan tidak mau membebaskan hambanya yang berhutang hanya 100 dinar itu? Yahh sekitar Rp 30.000 x 100 = Rp 3.000.000 doang.

Perumpamaan ini tentang pengampunan. Pengampunan lebih bermanfaat untuk si pemberi pengampunan dibandingkan dengan yang diberi pengampunan. Jika tidak mengampuni maka para tormentor akan menyiksa sehingga makin buruklah keadaan orang yang tidak mengampuni itu.

Back to talenta again…. Saya bicara kepada temen-temen remaja/ pemuda, “heyy… seandainya bokap lo ngasih uang Rp 180 juta, mau lo apain? Lo tega hanya nyimpen di bank, atau mulai berpikir bagaimana cara menghabiskannya? Heyy.. young people be smart!!”. Selama 16 tahun minimal nih (6000 hari kerja/365 = 16,4 tahun) kita tinggal gratis di rumah Bapak kita, tanpa bekerja. Tanggung jawab kita hanya sekolah doang. Apakah 16 tahunnya dimulai dari kita masuk SD kah, atau mulai kita lahir kah, tergantung dari anugrah pada masing-masing pribadi. Itu hanya minimal. Anak-anak Tuhan tidak dibiarkan minta-minta roti. Roti untuk dimakan. FT tidak bilang berlian/ emas/ mobil Ferrari/ BMW lohhh, tapi roti. Minimal Tuhan menyediakan makanan untuk dimakan, tidak harus makan mewah, tetapi makanan saja. Kalau mau makan mewah ya harus berusaha lebih. Hehe...

Temen-temenku yang sudah bekerja, apakah kita tidak berpikir untuk membangun bangsa ini. Ini zamannya kita, generasi kita, bangsa ini ada di tangan kita. Jangan lupa utang bangsa juga dibebankan kepada generasi kita. Bagaimanakah kita mengelola ‘Rp 180 juta’ yang diberikan kepada kita? Let’s we think smart. We can do it. Yukz kita ber-entrepreneur ria, menyediakan lapangan kerja, bukan hanya kerja di lapangan kerja yang sudah tersedia. Kita anak-anak Tuhan, pastinya kita juga dititipkan gen kreatif, karena kita kita mempunyai Tuhan yang kreatif. He is Elohim, God is creator.

Bagaimana cara mengelola ‘Rp 180 juta’ itu tergantung pada ‘seed of greatness’ kita masing-masing. Pastinya berbeda satu sama lain. Ada yang jago di satu bidang, dan lemah di bidang yang lain. Ada yang jago ngomong, cocok jadi sales. Ada yang jago berpikir, analisa cocok pada pekerjaan laboratorium, dll. Yuk kita berkreasi, lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan sehingga kita dapat melakukan yang terbaik. Lakukan saja apa yang kita senangi, senangi apa yang kita kerjakan.

“Bersyukur pada Tuhan atas apa yang telah Dia beri, Jangan complain terhadap apa yang tidak Tuhan beri”.