Rabu, 14 Oktober 2009

Menghormati vs Mentaati Orang tua

Apakah menghormati itu sama dengan mentaati? Tentu saja berbeda. Mari kita melihat defenisi dari menghormati dan mentaati ini. Sering sekali kita menggunakan kata-kata ini dalam konteks arti yang sama. Kesalahan dalam penggunaan kata ini membuat kita keliru dan betapa sayangnya lagi jika dalam hal kita membaca dan melakukan Firman Tuhan juga bias salah. Hah??

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang sudah dionlinekan (http://kamusbahasaindonesia.org),

* menghormati berarti: (1) menaruh hormat kpd; hormat (takzim, sopan) kpd: anak-anak wajib ~ orang tua; (2) menghargai; menjunjung tinggi: kita harus ~ pendapat dan keyakinan orang lain; (3) mengakui dan menaati (tt aturan, perjanjian): kita akan ~ persetujuan dan perjanjian yg telah kita buat
* Taat, berarti: senantiasa tunduk (kpd Tuhan, pemerintah, dsb); patuh.



Secara singkatnya dapat diterangkan bahwa, menghormati itu tidak sama dengan mentaati/ taat. Menghormati belum tentu taat, tetapi taat sudah pasti menghormati, harus mengikuti secara penuh. Konteks ‘menghormati’ jika bersentuhan dengan peraturan, berarti sudah memasuki daerah ‘taat’, harus dijalankan.

Apakah yang dikatakan alkitab tentang kedua hal ini? Alkitab tidak menyuruh kita (secara global/ keseluruhan) untuk mentaati orang tua. Marilah kita perhatikan apa yang alkitab katakana tentang kedua hal ini.

Ef 6:1 “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.”

Anak-anak (tekna) di sini adalah anak yang masih di bawah perawatan/ pengawasan orang tuanya, anak yang belum dewasa. Anak di sini bukanlah dalam arti kiasan, tetapi anak dalam arti denotasi/ yang sebenarnya.

Di masing- masing daerah ada peraturan yang berbeda-beda. Ada daerah yang menyatakan seorang anak itu telah dewasa jika sudah berumur 17 tahun, ada juga yang dinyatakan dewasa jika sudah menikah walaupun usianya masih 15 tahun. Secara standarnya kita mengikuti undang-undang di Indonesia secara global. Untuk mengecheck usia berapa yang sudah masuk usia dewasa, gampang! Silahkan saja pergi melayani ke penjara anak, dan tanyakan usia maksimal di penjara anak. Di Indonesia, seseorang dinyatakan dewasa adalah ketika dia memasuki usia 21 tahun.

Jika diterjemahkan ke bahasa kita nih, “Hai anak-anak (20 tahun ke bawah), taatilah orang tuamu di dalam Tuhan,…”. No comment, no reason, kudu taat cinngg. Wew… sorang remaja zaman sekarang pasti akan risih mendengar perkataan ini. Di sekolah-sekolah internasional di Indonesia, mulai dari anak playgroup sampai jenjang university sudah diajarkan berargumen dengan orang tuanya. Khususnya buat anak-anak remaja (usia 12 thn – 20 thn), anak baru melek baru melihat dunia, terkontaminasi dengan pergaulan, punya kehendak bebas, menyadari punya potensi dan hidup di zaman serba knowledge. Tidak sedikit anak muda yang menganggap orang tuanya sangat kolot tidak tau perkembangan zaman. Ya secara sih emang bener, tetapi alkitab tidak menganjurkan memandang orang tua sebelah mata.

Lanjut… Jangan senang dulu 21 tahun ke atas… Alkitab menuliskan peraturan yang jelas tentang ‘menghormati orang tua’. Ef 6:2-3, “Hormatilah ayahmu dan ibumu--ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi”. Perintah untuk menghormati orang tua adalah perintah pertama untuk perintah ‘mengasihi sesama manusia – kasih secara horizontal’. Wow…. Setiap orang, besar, kecil, tua, muda diwajibkan untuk menghormati orang tua. Di dalam Kel 20 juga mencatat tentang menghormati orang tua.

Ingat prinsipnya, menghormati belum tentu harus taat. Tetapi di dalam ketaatan terdapat hormat. Seorang anak pasti akan tumbuh dewasa. Setelah dewasa, dia punya tanggung jawab atas dirinya sendiri, dia harus menentukan arah hidupnya sendiri. Apalagi jika seorang anak tersebut menikah dan punya keluarga sendiri, ia tidak harus taat lagi kepada orang tuanya namun tetap harus hormat kepada orang tua. Secara manusiawi yang diciptakan Tuhan begitu unik, antar anak dan orang tua saja pasti ada selisih pendapat, tetapi keputusan ada di tangan pribadi sang anak itu. Jika orang tua memberi nasihat, sudah sepantasnya kita untuk mendengarkannya, namun semua itu hanyalah saran yang positif untuk kita. Belum tentu saran tersebut berfaedah bagi kita. Tidak semua hal yang baik berfaedah bagi kita. Jangan lupa tetap menghormati orang tua.



Ada suatu organisasi gereja yang mempunyai peraturan bahwa seorang anak dosanya masih ditanggung orang tuanya, sampai anak ini belajar alkitab di usianya 17 tahun. Istilahnya adalah naik sidi. Saya hanya berpikir (walaupun saya tidak setuju dengan prinsip ini, tetapi saya menemukan suatu nilai positif), mungkin maksud mereka adalah 17 tahun adalah usia dewasa, atau seorang yang sudah naik sidi sudah dinyatakan dewasa. Mereka harus bertanggung jawab atas dirinya sendiri (termasuk dosanya ), karena tidak berada di bawah tudung orang tuanya lagi, tidak berada di bawah otoritas orang tuanya lagi. Seorang anak, ada di bawah asuhan orang tuanya, di bawah tanggung jawab orang tuanya, tetapi ketika dia dinyatakan dewasa maka dia keluar dari tudung orang tuanya.

Di dalam pertumbuhan iman, ada tahap lahir, tumbuh, dewasa. Kita diangkat menjadi anak-anak Allah setelah kita mengalami proses kelahiran baru. (Sstt….!! ‘Keselamatan’ itu adalah pelajaran level satu kekristenan loh… saatnya kita tumbuh dan mengarah kepada kedewasan seperti Kristus – Ibr 6:1). Ketika kita baru lahir baru, rasanya apa saja yang kita doakan tokcer, jeng…jeng…jeng.. Tuhan langsung jawab. Ooo… so sweet, rasanya ikut Tuhan itu begitu indah. Ketika datang pencobaan, tinggal ngoeeekk… Tuhan langsung datang memberi pertolongan. Amazing!!

Hey, pernah liat bayi kecil yang baru lahir? Sebentar aja bayi ini nangis, sang ibu, dang ayah buru-buru datang menghampiri dia, segera member i pertolongan, apakah dia lapar? Atau sudah ngompol, minta diganti popok. Tetapi ketika dia tumbuh menjadi seorang anak, sedikit demi sedikit anak itu mulai diberi tanggung jawab. Saat anak ini nangis, mungkin oarng tuanya tidak segera datang lagi, ada orang tua yang justru marah, “hei diam!”. Ada juga reaksi orang tua yang memberi pengertian. Begitu juga dengan kekristenan kita, mungkin sekarang doa kita sepertinya tidak dijawab, mata sudah bengkak-bengkak menangis, tenggorokan kering, bibir pecah-pecah, panas dalam, oohh… tidaaakk... langit seperti membatu. Apakah saudara mengalami hal yang demikian, jangan kuatir bro n sis, I’m with you. Welcome!! We are grow up now. You can choose, better for you to grow up or only grow old?

Di dalam hubungan kita dengan Tuhan, Dia mau supaya kita menjadi seperti anak kecil, karena Tuhan mau kita tetap berada di bawah otoritasNya, bergantung penuh pada Tuhan. Ketika kita menempatkan diri seperti seorang anak, kita harus taat akan kehendak Tuhan. Bukan sekedar hanya menghormati Tuhan tetapi mengambil keputusan untuk taat kepadaNya. Untuk mengetahui kehendakNya kta perlu bergaul erat dengan Tuhan. Mazmur Daud berkata, “Selidikilah aku dan kenalilah batinku…” Maz 139. Dalam suatu hubungan kita harus saling menyelidik, membiarkan diri kita diselidiki dan berusaha untuk menyelidiki apa mau partner relation kita itu juga. Demikianlah hubungan kita dengan Tuhan juga. Menghormati dan mentaati Tuhan itu seharusnya wajib hukumnya, namun banyak orang kristen yang masih hanya menghormati saja, belum ke tahap taat. Marilah kita sama-sama belajar untuk hormat dan taat kepada Tuhan. (iyut)